Sabtu, 15 Oktober 2011

Tangan - Tangan Hitam

Terkadang aku tak mengerti
Melihat kehidupan ini
Mengapa si kecil yang tak berdosa
Harus jadi korban angkara murka
Mengapa si kecil yang tak berdosa
Harus menerima beban derita

Sungguh tersayat rasa hati
Melihat kekejaman ini
Mengapa, oh Tuhan, engkau biarkan
Tangan-tangan hitam menjamah sutra
Mengapa, oh Tuhan, engkau biarkan
Hamba-hamba syetan menyakitinya

Oh Tuhan, bebaskan dia
Dari cengkeraman yang menyiksa
Oh Tuhan, bebaskan dia
Dari segala beban derita
Dia butuh kasih sayang
Belaian nan penuh manja
Janganlah engkau pisahkan
Dia dan orang tuanya 

Derita Di Balik Tawa

Betapa harus ‘ku tersenyum
Sementara hati menangis
Betapa harus ‘ku tertawa
Sementara hatiku luka

Betapa harus aku tersenyum
Sementara hati menangis
Betapa harus aku tertawa
Sementara hatiku luka

Harus kuhadapi kenyataan hidup ini
Harus kuatasi kepahitan ini
Dan kusadari tiada seorang jua
Yang dapat meringankan beban derita diriku ini

Betapa harus aku menyanyi
Sementara hatiku sedih
Betapa harus aku menghibur
Sementara hatiku hancur

Aku mengerti ini sanksi seorang penyanyi
Apa pun yang terjadi, apa pun yang terjadi
Apa pun yang terjadi, aku harus menyanyi

Aku mengerti ini sanksi seorang penyanyi
Apa pun yang terjadi, apa pun yang terjadi
Apa pun yang terjadi, aku harus menyanyi

Walau hatiku ini penuh terhunjam duri
Tiada yang perduli
Walau hatiku ini koyak tercabik-cabik
Tiada yang perduli
Walau hatiku ini sakit meradang perih
Tiada yang perduli
Walau hatiku ini memekik dan menjerit
Tiada yang perduli 

Cuma Kamu

Wanita:
Cuma kamu sayangku di dunia ini
Cuma kamu cintaku di dunia ini

Pria:
Tanpa kamu sunyi kurasa dunia ini
Tanpa kamu hampa kurasa dunia ini

Duet:
Cuma kamu sayangku di dunia ini
Cuma kamu cintaku di dunia ini

Pria:
Tiada kalimat dapat melukiskan
Betapa cintaku kepada dirimu
Tiada ibarat sebagai umpama
Betapa sayangku kepada dirimu

Wanita:
Itu dapat kurasa dari belai tanganmu
Itu dapat kurasa dari pandang matamu

Bulan Bintang

Bulan di manakah kini
Jangan kau sembunyi tampakkanlah diri
Bintang sepi menyendiri
Berselimut sunyi selalu mencari

Malam semakin kelam
Tanpa kau sang rembulan
Bintang sedih bermuram
Tanpa kau sang rembulan

Bulan di manakah kini
Jangan kau sembunyi tampakkanlah diri

Naluriku berkata bulan masih ada
Dan menanti bintang dengan penuh damba
‘Ku yakin bulan juga gelisah merana
Dan menanggung rindu dalam penantian
Bulan, bintang pun merindukanmu 

Bimbang

Ani, cinta yang pertama
Tiada mudah kulupakan
Ricca, berhati mulia
Cintanya aku dambakan

Mereka teman yang setia
Sama mengharapkan diriku
Tak mungkin kalau keduanya
Karena hati cuma satu

Tiada dapat kubedakan
Satu di antara dua
Kalau harus ‘ku memilih
Sungguh aku tak kuasa

Haruskah aku menghancurkan
Luhurnya nilai sebuah persahabatan
Haruskah aku memisahkan
Dua insan yang ikhlas di dalam berteman
Daripada mereka harus terpecah
Lebih baik aku mengalah

Bimbang, aku jadi bimbang
Tiada dapat memutuskan
Goncang, jiwa jadi goncang
Lenyaplah kebahagiaan

‘Pabila satu yang kupilih
Pasti yang lain menderita
‘Pabila tiada yang kupilih
Pasti mereka tak ‘kan rela

Tuhan, pada-Mu oh Tuhan
Semua ini kuserahkan
Apa yang harus kutempuh,
Engkau Maha Memutuskan

Anjing Dan Sampah

Kaupalingkan muka bila ‘ku memandang
Kaupercikkan ludah bila ‘ku menyapa
Begitu tega kaupatahkan hatiku
Begitu tega kauhinakan diriku
‘Ku tahu diriku memang tak berharga
Tetapi janganlah kaupercikkan ludah

Anjing lebih mulia dalam pandanganmu
Hingga kauanggap aku sampah yang berbau
Kalau engkau tak sudi jangan begitu caramu
Sungguh penghinaanmu menyakiti hatiku

Cantiknya dirimu memang tak terkata
Indahnya tubuhmu memang tiada tara
Tapi betapa rendah budimu
Tapi betapa buruk benar akhlakmu
Jikalau begitu budi pekertimu
Tiada berarti hai kecantikanmu